Gurita Indonesia memiliki peranan penting dalam mendukung masyarakat pesisir lokal. Berdasarkan data statistik dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi dan permintaan ekspor gurita Indonesia ke luar negeri dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan. Secara ekonomi mungkin hal ini terlihat baik, akan tetapi apabila dilihat dari sisi ekologisnya masih perlu dipertanyakan dan dilakukan kajian lebih lanjut. Sumber daya ikan apabila tidak dikelola dengan bijak akan berdampak pada berkurangnya stok ikan dan yang lebih parah lagi akan berdampak pada kepunahan.
Berdasarakan hal tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (DKP NTB), Marine Stewardship Council (MSC) Indonesia, dan Forum Ilmiah Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan Provinsi Nusa Tenggara Barat (FIP2B NTB) menyadari pentingnya gurita sebagai komoditas pasar yang membutuhkan pengelolaan agar tetap berkelanjutan. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam melakukan pengelolaan perikanan gurita adalah mengetahui rantai pasok perikanan gurita, hal ini dilakukan untuk membantu menentukan bidang prioritas sebagai pendukung program perikana gurita di Indonesia. FIP2B-NTB dipercaya oleh DKP-NTB dan MSC Indonesia untuk melaksanakan kajian tentang rantai pasok perikanan gurita di NTB. Hasil kajian tersebut selanjutnya disebarluaskan kepada para pemangku kepentingan melalui kegiatan desiminasi.
Pada tanggal 04-05 Juli 2023, bertempat di Hotel Santika, Kota Mataram, NTB telah dilaksanakan Diseminasi Kajian Rantai Pasok Perikanan Gurita di NTB. Kegiatan tersebut dihadiri oleh DKP-NTB, DKP tingkat Kabupaten/Kota seluruh NTB, NGO, Pengusaha dan Nelayan. Kegiatan tersebut berlangsung selama 2 hari yang dirangkai dengan Bimbingan Teknis Pengembangan Kapasitas Tingkat 1 MSC serta Bimbingan Teknis Rantai Pengawasan MSC dengan fasilitator Bapak Antoni Alvin dan Ibu Usmawati Anggita dari MSC Indonesia . Pada kegiatan bimtek tersebut, peserta yang terdiri dari pemerintah, akademisi, pengusaha, nelayan dan NGO diberikan pemahaman berupa teori tentang pentingnya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Selain itu, peserta juga diberikan praktek sederhana dalam melakukan penilaian terhadap status pengelolaan perikanan.
Pada hari kedua, dilaksanakan pemaparan hasil kajian rantai pasok perikanan gurita di NTB oleh Ketua FIP2B Dr. Soraya Gigentika, S.Pi., M.Si. Pada pemaparan tersebut disampaikan kondisi umum perikanan gurita di NTB, aktivitas penangkapan gurita di pesisir NTB, serta hambatan dalam perikanan gurita di NTB. Menurut data lapangan aktivitas pemasaran gurita di NTB tidak ada hambatan baik nelayan dan pengepul atau dapat dikatakan sangat baik dari pemasaran ikan lainnya. Akan tetapi ada potensi konflik antara nelayan lokal NTB dengan nelayan dari Sulawesi terkait dengan perebutan lokasi penangkapan gurita dengan alat tangkap yang digunakan. Rata-rata hasil tangkapan gurita di NTB dikirim ke perusahaan pengolahan yang berlokasi di Jawa dan Sulawesi yang nantinya akan diekspor ke luar negeri.
“Ini merupakan kajian awal untuk mengetahui gambaran umum tentang perikanan gurita di NTB, kedepannya akan dilakukan kajian lebih mendalam tentang permasalahan perikanan gurita di NTB. Diharapkan kepada para akademisi di NTB untuk mengarahkan mahasiswa untuk melakukan penelitian tentang perbaikan perikanan di NTB”, ujar Dr. Soraya.
“Melihat kondisi di lapangan saat ini, kami merekomendasikan perairan Selat Alas atau Desa Poto Tano sebagai percontohan apabila akan dilakukan pre-assesement, hal ini ditinjau dari data penangkapan, data nelayan dan data-data pendukung lainnya sudah lumayan lengkap dan eligible”, sambung Dr. Soraya.