SELONG-Upaya pengembangan pengelolaan perikanan di NTB belum melibatkan peran aktif masyarakat nelayan. Selama ini, masyarakat nelayan lebih sering dijadikan sebagai obyek pembangunan perikanan daripada sebagai subjek pembangunan. Hal tersebut menjadi dasar pemikiran Forum Ilmiah Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (FIP2B) NTB dalam melakukan kegiatan pelibatan masyarakat nelayan di perairan Selat Alas.
“Dalam hal ini, kami menekankan pengumpulan data dan informasi terkait kondisi perikanan di wilayah perairan Selat Alas,” kata perwakilan FIP2B NTB Muslihuddin Aini.
Dijelaskan, terlibatnya masyarakat nelayan dalam pendataan ikan akan lebih mudah mengetahui kondisi masyarakat nelayan secara nyata. Hal itu juga akan membantu pemerintah dalam melakukan pengelolaan perikanan secara tepat dan bijaksana. Kata Musleh, pengumpulan data dan informasi terkait kondisi perikanan merupakan salah satu langkah awal yang telah dilakukan FIP2B dan perlu menjadi perhatian.
Monitoring pendaratan ikan yang dilakukan di Selat Alas memberikan hasil kondisi dan status pemanfaatan perikanan di wilayah perairan tersebut. Hasilnya dapat menjadi acuan dan dasar dalam perencanaan pengelolaan perikanan berkelanjutan.
“Keterlibatan dan peran aktif masyarakat nelayan dalam pengumpulan data diharapkan dapat memberikan hasil data yang akurat dan objektif,” terangnya.
Pengumpulan data perikanan yang berbasis masyarakat nelayan dilakukan menggunakan aplikasi kobotoolsbox. Aplikasi kobotoollbox merupakan salah satu aplikasi pilihan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data dan informasi terkait perikanan secara cepat dan mudah. Kata Musleh, berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan kegiatan pelatihan penggunaan aplikasi kobotoolbox untuk pelaksanaan monitoring pendaratan ikan berbasis masyarakat di wilayah Perairan Selat Alas. Kegiatan yang telah diselenggarakan selama 4 hai dari 17-20 Oktober 2022 lalu itu diikuti oleh ratusan nelayan Lotim. Di antaranya, Desa Dadap, Labuhan Pandan, Seruni Mumbul, Labuhan Haji, Batu Nampar, Serewe, Menceh dan Ketapang Raya. “Hampir semua desa pesisir di Lombok Timur,” terang Musleh.